Analisa kecerdasan buatan untuk bencana alam banjir
Bencana alam merupakan salah satu masalah yang bisa menelan korban jiwa.
Untuk beberapa kasus, pemanfaatan kecerdasan buatan bisa mengurangi jumlah
korban jiwa, dan salah satu bencana alam yang sering melanda indonesia yaitu adalah banjir.
“Banjir adalah salah satu bencana alam yang cukup serius,” kata Sella. Kecerdasan buatan bukan untuk mewalan alam, tetapi lebih mengurangi korban jiwa. Google memulai proyek ini di India lewat program Google Flood Forecasting Initiative.
“Banjir adalah salah satu bencana alam yang cukup serius,” kata Sella. Kecerdasan buatan bukan untuk mewalan alam, tetapi lebih mengurangi korban jiwa. Google memulai proyek ini di India lewat program Google Flood Forecasting Initiative.
Program ini menggunakan
alat pengukur kedalaman air di sungai dan simulasi 3D, yang mampu menampilkan
proyeksi aliran sungai. Sella menyebutnya sebagai model simulasi Hydraulic.
Simulasi ini menampilkan prediksi aliran sungai saat akan meluap.
“Dari sini akan terlihat daerah mana saja yang akan terdampak, sekaligus mencari tempat evakuasi yang paling aman untuk masyarakat.”
Kecerdasan buatan di sini berperan sebagai sistem yang mampu memprediksi banjir, semacam ramalan banjir.
Sebenarnya, sudah ada beberapa teknologi yang bisa mengurangi korban jiwa akibat banjir, tanpa kecerdasan buatan. Sella melihat ada beberapa tantangan jika tidak memanfaatkan AI.
“Tantangan utamanya adalah resolusi gambar yang rendah, sehingga sulit mengetahui lokasi sungai yang akan meluap.Tantangan berikutnya adalah topografi wilayah yang terus berubah. Citra satelit juga punya peran, tetapi harganya cukup mahal.”
Apa yang coba Google kerjakan adalan menciptakan peta elevasi, dengan data berasal dari Google Earth. Dengan begitu, topografi wilayah bisa tergambar secara detail dalam simulasi, dari tanah sampai bangunan.
Hasil prediksi tersebut bisa langsung disampaikan ke publik dengan menggandeng pemerintahan setempat lewat SMS.
Google juga bisa langsung menyampaikan ke publik lewat layanan mereka, seperti Google Maps, Search, dan SMS Android. Untuk tahap awal, Sella menyebut bekerja sama dengan beberapa pemerintah kota di India.
Simulasi ini bisa memprediksi banjir yang berasal dari sungai atau pinggir pantai. Sementara ini, Google tengah fokus mengembangkan AI untuk prediksi banjir yang berasal dari sungai.
“Kami melihat Indonesia masuk dalam daftar prioritas, tetapi saat ini saya belum bisa memberikan jadwal pasti,” ungkapnya.
Ia menyebut banyak tantangan tersendiri ketika memperkenalkan produk ini ke beberapa instansi terkait. “Biasanya mereka akan bertanya, apa peran Google terhadap hal ini.” Ia mengakui, memang perlu waktu untuk membangun kepercayaan, mengingat kedua pihak juga harus berbagi informasi sensitif.
Apakah program ini terbuka? Sella mengatakan saat ini Google masih membatasi akses program dan memilih partnernya langsung.
Selain untuk memastikan bahwa simulasi ini semakin akurat, mereka juga ingin data yang dihimpun lebih banyak, sehingga nanti saat dibuka ke publik, program ini mampu menunjukkan rasio kesalahan prediksi yang sangat rendah.
“Dari sini akan terlihat daerah mana saja yang akan terdampak, sekaligus mencari tempat evakuasi yang paling aman untuk masyarakat.”
Kecerdasan buatan di sini berperan sebagai sistem yang mampu memprediksi banjir, semacam ramalan banjir.
Sebenarnya, sudah ada beberapa teknologi yang bisa mengurangi korban jiwa akibat banjir, tanpa kecerdasan buatan. Sella melihat ada beberapa tantangan jika tidak memanfaatkan AI.
“Tantangan utamanya adalah resolusi gambar yang rendah, sehingga sulit mengetahui lokasi sungai yang akan meluap.Tantangan berikutnya adalah topografi wilayah yang terus berubah. Citra satelit juga punya peran, tetapi harganya cukup mahal.”
Apa yang coba Google kerjakan adalan menciptakan peta elevasi, dengan data berasal dari Google Earth. Dengan begitu, topografi wilayah bisa tergambar secara detail dalam simulasi, dari tanah sampai bangunan.
Hasil prediksi tersebut bisa langsung disampaikan ke publik dengan menggandeng pemerintahan setempat lewat SMS.
Google juga bisa langsung menyampaikan ke publik lewat layanan mereka, seperti Google Maps, Search, dan SMS Android. Untuk tahap awal, Sella menyebut bekerja sama dengan beberapa pemerintah kota di India.
Simulasi ini bisa memprediksi banjir yang berasal dari sungai atau pinggir pantai. Sementara ini, Google tengah fokus mengembangkan AI untuk prediksi banjir yang berasal dari sungai.
“Kami melihat Indonesia masuk dalam daftar prioritas, tetapi saat ini saya belum bisa memberikan jadwal pasti,” ungkapnya.
Ia menyebut banyak tantangan tersendiri ketika memperkenalkan produk ini ke beberapa instansi terkait. “Biasanya mereka akan bertanya, apa peran Google terhadap hal ini.” Ia mengakui, memang perlu waktu untuk membangun kepercayaan, mengingat kedua pihak juga harus berbagi informasi sensitif.
Apakah program ini terbuka? Sella mengatakan saat ini Google masih membatasi akses program dan memilih partnernya langsung.
Selain untuk memastikan bahwa simulasi ini semakin akurat, mereka juga ingin data yang dihimpun lebih banyak, sehingga nanti saat dibuka ke publik, program ini mampu menunjukkan rasio kesalahan prediksi yang sangat rendah.
0 Response to "Analisa kecerdasan buatan untuk bencana alam banjir"
Post a Comment