Pertentangan Sosial dan Integrasi Masyarakat

Pertentangan
sosial merupakan suatu konflik terjadi di karenakan perbedaan kepentingan
antara individu atau kelompok yang satu dengan individu atau kelompok yang
lainnya sehingga menimbulkan suatu perselisihan diantara mereka. Pertentangan
sosial dapat terjadi di dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pertentangan sosial, antara lain:
- Rasa iri antara satu sama lain.
- Adanya rasa tidak puas dengan perlakuan atau tindakan yang diterima dan diberikan oleh orang lain.
- Adanya adu domba diantara masyarakat, kelompok, politik, agama, suku serta budaya.
Integrasi
berasal dari bahasa inggris “integration” yang berarti kesempurnaan atau
keseluruhan. Dapat dikatakan pula integrasi sosial adalah proses penyesuaian
unsur-unsur yang berbeda di dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan
pola kehidupan bermasyarakat yang memiliki keserasian fungsi.
Integrasi
ini sangat diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat agar masyarakat tidak bubar
meskipun menghadapai berbagai tantangan, baik berupa tantangan fisik maupun
konflik yang terjadi secara sosial budaya.
Suatu
masyarakat senantiasa terintegrasi di atas tumbuhnya konsensus (kesepakatan) di
antara sebagian besar anggota masyarakat tentang nilai-nilai kemasyarakatan
yang bersifat fundamental (mendasar) Masyarakat terintegrasi karena berbagai
anggota masyarakat sekaligus menjadi anggota dari berbagai kesatuan sosial
(cross-cutting affiliation). Setiap konflik yang terjadi di antara kesatuan
sosial dengan kesatuan sosial lainnya akan segera dinetralkan oleh adanya
loyalitas ganda (cross-cutting loyalities) dari anggota masyarakat terhadap
berbagai kesatuan sosial.
Penganut
konflik berpendapat bahwa masyarakat terintegtrasi atas paksaan dan karena
adanya saling ketergantungan di antara berbagai kelompok.
Bentuk
integrasi sosial, antara lain:
- Asimilasi, yaitu pembauran kebudayaan yang disertai ciri budaya asli.
- Akulturasi, yaitu penerimaan kebudayaan asing tanpa menghilangkan kebudayaan asli.
Kepentingan
merupakan dasar dari timbulnya tingkah laku individu. Individu bertingkah laku
karena adanya dorongan untuk memenuhi kepentingannya. Kepentingan ini sifatnya
esensial bagi kelangsungan hidup individu itu sendiri, jika individu berhasil
memenuhi kepentingannya, maka ia akan merasakan kepuasan dan sebaliknya
kegagalan dalam memenuhi kepentingan akan menimbilkan masalah baik bagi dirinya
maupun bagi lingkungannya.
Dengan
berpegang prinsip bahwa tingkah laku individu merupakan cara atau alat dalam
memenuhi kebutuhannya, maka kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh individu
dalam masyarakat pada hakikatnya merupakan kepuasan pemenuhan dari kepentingan
tersebut.
Oleh
karena individu mengandung arti bahwa tidak ada dua orang yang sama persis
dalam aspek-aspek pribadinya, baik jasmani maupun rohani, maka dengan
sendirinya timbul perbedaan individu dalam hal kepentingannya. Perbedaan
kepentingan itu antara lain berupa :
1. Kepentingan individu untuk memperoleh kasih sayang.
2. Kepentingan individu untuk memperoleh harga diri.
3. Kepentingan individu untuk memperoleh penghargaan yang sama.
4. Kepentingan individu untuk memperoleh prestasi dan posisi.
5. Kepentingan individu untuk dibutuhkan orang lain.
6. Kepentingan individu untuk memperoleh kedudukan di dalam kelompoknya.
7. Kepentingan individu untuk memperoleh rasa aman dan perlindungan diri.
8. Kepentingan individu untuk memperoleh kemerdekaan diri.
Kenyataan-kenyataan
seperti itu menunjukkan ketidakmampuan suatu ideologi mewujudkan idealisme yang
akhirnya akan melahirkan kondisi disintegrasi atau konflik. Permasalahan utama
dalam tinjauan konflik ini adalah adanya jarak yang terlalu besar antara
harapan dengan kenyataan pelaksanaan dan hasilnya kenyataan itu disebabkan oleh
sudut pandang yang berbeda antara pemerintah atau penguasa sebagai pemegang
kendali ideologi dengan berbagai kelompok kepentingan sebagai sub-sub ideologi.
Perbedaan
kepentingan ini tidak secara langsung menyebabkan terjadinya konflik tetapi
mengenal beberapa fase yaitu:
1.
Fase disorganisasi yang terjadi karena kesalahpahaman.
2. Fase disintegrasi yaitu pernyataan tidak setuju.
Fase dis-integrasi ini memiliki tahapan (Menurut Walter W. Martin dkk):
• Ketidaksepahaman anggota kelompok tentang tujuan yang dicapai.
• Norma sosial tidak membantu dalam mencapai tujuan yang disepakati.
• Norma yang telah dihayati bertentangan satu sama lain.
• Sanksi sudah menjadi lemah.
• Tindakan anggota masyarakat sudah bertentangan dengan norma kelompok.
2. Prasangka diskriminasi dan ethosentris
Hidup
bermasyarakat adalah hidup dengan berhubungan baik antara dihubungkan dengan
menghubungkan antara individu-individu maupun antara kelompok dan golongan.
Hidup bermasyarakat juga berarti kehidupan dinamis dimana setiap anggota satu
dan lainnya harus saling memberi dan menerima. Anggota memberi karena ia patut
untuk memberi dan anggota penerima karena ia patut untu menerima. Ikatan berupa
norma serta nilai-nilai yang telah dibuatnya bersama diantara para anggotanya
menjadikan alat pengontrol agar para anggota masyarakat tidak terlepas dari rel
ketentuan yang telah disepakati itu.
Rasa
solider, toleransi, tenggang rasa, tepa selira sebagai bukti kuatnya ikatan
itu. Paa diri setiap anggota terkandugn makna adanya saling ikut merasakan dan
saling bertanggungjawab paa setiap sikap tindak baik megnarah kepada yang hang
positif maupun negative. Sakit anggota masyarakat satu akan dirasakan oleh
anggota lainnya. Tetapi disamping adanya suatu harmonisasi, disisi lain keadaan
akan menjadi sebaliknya. Bukan harmonisasi ditemukan, tetapi disharmonisasi.
Bukan keadaan organisasi tetapi disorganisasi.
Sering
kita temui keadaan dimasyarakat para anggotanya pada kondisi tertentu, diwarnai
oleh adanya persamaan-persamaan dalam berbagai hal. Tetapi juga didapati
perbedaan-perbedaan dan bahkan sering kita temui pertentangan-pertentangan.
Sering diharapkan panas sampai petang tetapi kiranya hujan setengah hari,
karena sebagus-bagus nya gading akan mengalami keretakan. Itulah sebabnya
keadaan masyarakat dan Negara mengalami kegoyahan-kegoyahan yang terkadang
keaaan tidak terkendali dan dari situlah terjadinya perpecahan.. Sudah tentu
sebabnya, misalnya adanya pertentangan karena perbedaan keinginan.
Perbedaan
kepentingan sebenarnya merupakan sifat naluriah disamping adanya persamaan
kepentingan. Bila perbedaan kepentingan itu terjadi pada kelompok-kelompok
tertentu, misalnya pada kelompok etnis, kelompok agama, kelompok ideology
tertentu termasuk antara mayoritas dan minoritas.
3.Pertentangan sosial ketegangan dalam masyarakat
Konflik
(pertentangan) mengandung suatu pengertian tingkah laku yang lebih luas dari
pada yang biasa dibayangkan orang dengan mengartikannya sebagai pertentangan
yang kasar atau perang. Dasar konflik berbeda-beda. Terdapat 3 elemen dasar
yang merupakan cirri-ciri dari situasi konflik yaitu :
1. Terdapatnya dua atau lebih unit-unit atau baigan-bagianyang terlibat di
dalam konflik.
2. Unti-unit tersebut mempunyai perbedaan-perbedaan yang tajam dalam
kebutuhan-kebutuhan, tujuan-tujuan, masalah-masalah, nilai-nilai, sikap-sikap,
maupun gagasan-gagasan.
3. Terdapatnya interaksi di antara bagian-bagian yang mempunyai
perbedaan-perbedaan tersebut.
Konflik
merupakan suatu tingkah laku yang dibedakan dengan emosi-emosi tertentu yang
sering dihubungkan dengannya, misalnya kebencian atau permusuhan. Konflik dapat
terjadi paa lingkungan yang paling kecil yaitu individu, sampai kepaa
lingkungan yang luas yaitu masyarakat.
1. Pada taraf di dalam diri seseorang, konflik menunjuk kepada adanya
pertentangan, ketidakpastian, atau emosi-emosi dan dorongan yang antagonistic
didalam diri seseorang.
2. Pada taraf kelompok, konflik ditimbulkan dari konflik yang terjadi dalam
diri individu, dari perbedaan-perbedaan pada para anggota kelompok dalam
tujuan-tujuan, nilai-nilai, dan norma-norma, motivasi-motivasi mereka untuk
menjadi anggota kelompok, serta minat mereka.
3. Pada taraf masyarakat, konflik juga bersumber pada perbedaan di antara
nilai-nilai dan norma-norma kelompok dengan nilai-nilai an norma-norma kelompok
yang bersangkutan berbeda.Perbedan-perbedaan dalam nilai, tujuan dan norma
serta minat, disebabkan oleh adanya perbedaan pengalaman hidup dan
sumber-sumber sosio-ekonomis didalam suatu kebudayaan tertentu dengan yang aa
dalam kebudayaan-kebudayaan lain.
Adapun
cara-cara pemecahan konflik tersebut adalah :
1. Elimination; yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang telibat dalam
konflik yagn diungkapkan dengan : kami mengalah, kami mendongkol, kami keluar,
kami membentuk kelompok kami sendiri.
2. Subjugation atau domination, artinya orang atau pihak yang mempunyai
kekuatan terbesar dapat memaksa orang atau pihak lain untuk mentaatinya.
3. Majority Rule artinya suara terbanyak yang ditentukan dengan voting akan
menentukan keputusan, tanpa mempertimbangkan argumentasi.
4. Minority Consent; artinya kelompok mayoritas yang memenangkan, namun
kelompok minoritas tidak merasa dikalahkan dan menerima keputusan serta sepakan
untuk melakukan kegiatan bersama.
5. Compromise; artinya kedua atau semua sub kelompok yang telibat dalam konflik
berusaha mencari dan mendapatkan jalan tengah.
6. Integration; artinya pendapat-pendapat yang bertentangan didiskusikan,
dipertimbangkan dan ditelaah kembali sampai kelompok mencapai suatu keputusan
yang memuaskan bagi semua pihak.
4.Golongan-golongan yang berbeda dan integrasi sosial
4.Golongan-golongan yang berbeda dan integrasi sosial
Masyarakat
indonesia adalah masyarakat yang majemuk, masyarakat majemuk itu di persatukan
oleh sistim nasional negara indonesia. Aspek-aspek kemasyarakatan yang
mempersatukannya
antara lain :
1.Suku
bangsa dan kebudayaannya
2.Agama
3.Bahasa
4.Nasion
Indonesia
Masalah
besar yang di hadapi indonesia adalah sulitnya itegrasi antara 1 dengan yang
lainnya. masyarakat” yang ada di indonesia mereka tetap hidup berdampingan pada
kemajemukannya, berikut adalah beberapa variabel yang dapat menghambat
integrasi :
1.Klaim/Tuntutan
penguasaan atas wilayah-wilayah yang di anggap sebagai miliknya.
2.Isu
asli tidak asli berkaitan dengan perbedaan kehidupan ekonomi antar warga Negara
Indonesia asli dengan keturunan lain.
3 Agama,sentimen agama dapat di gerakkan untuk mempertajam kesukuan
4.Prasangka yang merupakan sikap permusuhan terhadap seseorang golongan tertentu
Dalam
hal ini masyarakat indonesia seringkali terhambat integrasinya karena variabel
variabel yang di sebutkan di atas. masyarakat indonesia pada umumnya masih
sulit untuk menerima sesuatu yang baru ataupun yang berbeda dengan yang biasa
ia temukan. misalnya saja antar agama masih sering terjadi permusuhan/ sering
terjadi perang agama di desa-desa yang berada di pulau jawa. hal tersebut
menunjukkan bahwa betapa sulitnya bagi mereka untuk berintegrasi tanpa
menyangkut pautkan variabel-variabel yang ada di atas tadi.
5.Integrasi Nasional
Pada
hakekatnya integrasi merupakan upaya politik/ kekuasaan untuk menyatukan semua
unsure masyarakat yang majemuk harus tunduk kepada aturan-aturan kebijakan
politik yang dibangun dari nilai-nilai kultur yang ada dalam masyarakat majemuk
tadi, sehingga terjadi kesepakatan bersama dalam mencapai tujuan tujuan
nasional dimasa depan untuk kepentingan bersama.
Kesimpulan :
Menurut
saya pertentangan sosial dan integrasi masyarakat yang terjadi di Indonesia
merupakan hal yang tidak asing lagi. Hal tersebut terjadi karena beberapa
faktor diantaranya perbedaan kepentingan dan ideologi, pertumbuhan politik yang
majemuk serta masalah-masalah territorial daerah yang cukup
jauh. Pertentangan sosial akan mempengaruhi dan menyebabkan perselisihan
di sebuah Negara karena akan berdampak kepada pembangunan ekonomi, dan sosial
kemasyarakatan.
Perlu mendapatkan perhatian dengan seksama, mengingat bangsa Indonesia terdiri
dari berbagai suku bangsa atau masyarakat multi etnik. Agar tidak ada lagi
sifat yg menimbulkan pro dan kontra antar sesama bangsa. Karena itu dapat
mempengaruhi budaya dan moral bangsa serta masyarakat di negara kita ini.
Selain itu
akan menimbulkan konflik, prasangka dan diskriminasi terhadap masyarakat.
Prasangka bersumber dari suatu sikap. Jangan mudah mengambil keputusan
tentang perilaku atau tindakan orang lain secara individual, karena setiap
orang bisa kita diketahui setelah orang itu bertindak dan berprilaku. Agar
tidak ada pikiran yang cenderung kepada diskriminastif atau mengurangi
prasangka terhadap orang lain.
Usaha-usaha
yang dapat dilakukan untuk mengurangi prasangka dan diskriminasi antara lain:
1.Perbaikan kondisi sosial ekonomi masyarakat
2.Perluasan kesempatan untuk memperoleh pendidikan
3.Sikap terbuka, selektif dan lapang dada terhadap perkembangan zaman
0 Response to "Pertentangan Sosial dan Integrasi Masyarakat"
Post a Comment